Pancasila Rumah Ber-Bhinneka Tunggal Ika
By Admin
nusakini.com--Hari ini, 73 tahun yang lalu, Pancasila untuk kali pertama diuraikan secara jelas oleh Presiden RI Soekarno dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekan Indonesian (BPUPKI). Pidato Presiden Soekarno itulah yang kemudian menjadi tonggak sejarah lahirnya dasar negara Indonesia.
Saat menyampaikan pidato Presiden RI Ir H Joko Widodo dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila (1/6), Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi menyampaikan, Pancasila disusun para pendiri bangsa dari berbagai kelompok, golongan, dan latar belakang. Mereka menyusun melalui perenungan, pergulatan pemikiran, dan kejernihan batin. Rangkaian proses besar itu harus selalu diingat, didalami semangatnya, dan dipahami rohnya.
“Adalah tugas dan tanggung jawab kita, untuk memastikan Pancasila selalu hadir dalam setiap kehidupan, serta hati dan pikiran kita,” tegas Heru di Halaman Kantor Gubernur.
Hari Lahir Pancasila, sambungnya, wajib dijadikan sebagai moment pengingat, pemacu, dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Sebagai bangsa yang majemuk, semangat persatuan merupakan pilar utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pun sudah menjadi pemersatu segala perbedaan.
“Selama 73 tahun, Pancasila sudah bertahan dan tumbuh di tengah deru ombak ideologi-ideologi lain yang berusaha menggesernya. Selama 73 tahun, Pancasila sudah menjadi rumah kita yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Insya Allah sampai akhir zaman, Pancasila akan terus mengalir di denyut nadi seluruh rakyat Indonesia,” urai dia.
Presiden juga mengajak agar bangsa Indonesia berbagi pengalaman dengan bangsa lain dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika, bertoleransi, dan membangun persatuan serta kebersamaan. Sebab, negara manapun di dunia pasti akan berproses menjadi masyarakat yang bhinneka dan majemuk. Sementara, kemajemukan itu sering dibayang bayangi risiko intoleransi.
“Saatnya kita berbagi pengalaman dalam mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila, untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” pintanya.
Plt Gubernur Heru Sudjatmoko menilai, pidato Presiden Jokowi mengandung makna yang sangat penting untuk kehidupan negara dan bangsa. Makna itu bisa dirasakan saat membaca dan meresapi sejarah bangsa.
“Di sini saya tekankan pentingnya sejarah sebagai salah satu bekal, referensi, untuk kehidupan sekarang dan ke depan. Tentu dengan tidak mengabaikan kemajuan teknologi yang juga menguasai kehidupan kita. Kita tidak boleh lupa dengan sejarah. karena kesadaran terhadap sejarah itu adalah kesadaran kehidupan kita sebagai bangsa,” urai dia.
Momentum peringatan Hari Lahir Pancasila, tandas Heru, adalah upaya bagaimana warga negara Indonesia diajak untuk mengingat, memahami, menghayati dan kemudian mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.(p/ab)